Oleh: Sam Sija
Terhitung sejak hari ini, Liga 1 2020 akan dimulai dengan laga pembuka antara Runner-up Liga 1 2019, Persebaya Surabaya berhadapan dengan Juara Liga 2 2019, Persik Kediri yang akan dimainkan di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Laga pembuka ini juga menandakan “laga debut” bagi seorang M. Iriawan sebagai Ketua PSSI yang baru setelah “memenangkan” pertarungan arena Kongres PSSI pada November 2019.
Liga 1 2020 adalah seri keempat Liga Indonesia baru, yang sebelumnya menggunakan nama Indonesia Super League (ISL) yang terakhir kali diselenggarakan pada tahun 2015, sebelum FIFA menjatuhkan hukuman kepada PSSI sampai tahun 2017 setelah pemerintah Indonesia dianggap melakukan intervensi terhadap induk sepakbola Indonesia, PSSI. Sejak 2017, dimana tahun pertama Indonesia mengadakan kompetisi resmi setelah hukuman FIFA, terdapat 3 juara berbeda. Tim “Polisi”, Bhayangkara FC menjadi kampiun pada edisi pertama, 2017, setelah itu berturut-turut, Persija Jakarta dan Bali United menjadi penguasa sepakbola Indonesia dalam tahun yang berbeda. Beberapa cerita dan harapan mengiringi garis “start” Liga 1 2020.
Cerita Persik Kediri adalah salah satu cerita yang paling menarik bagi penulis sebelum Liga 1 dimulai. 2 tahun berturut-turut Persik Kediri promosi dari liga terbawah Indonesia, Liga 3 2018. Cerita awal Persik dimulai pada 2017 sebagai kontestan Liga 2, dimana tim ini harus menerima kenyataan pahit terdegradasi ke Liga 3 sebagai tim dengan 2 kali juara kasta tertinggi liga Indonesia. Hanya 1 tahun Persik Kediri “menghuni” Liga 3, karena pada tahun 2018, Persik menjuarai Liga 3 dan berhak atas tiket promosi ke Liga 2 2019. Cerita inspirasi tersebut berlanjut bagi Persik ketika menjuarai Liga 2 2019 dan itu juga berarti Persik berhak atas 1 tempat di Liga 1 2020. DOUBLE STRIKE!.
Selain cerita inspiratif Persik, Persija Jakarta, bagi penulis, menyambut tahun kompertisi 2020 dengan sangat serius. Di edisi sebelumnya, Liga 1 2019, Perija Jakarta memulai liga dengan tidak begitu baik, ancaman degradasi sempat menghantui tim Ibukota dengan menyandang status juara bertahan Liga 1 2018. Pergantian pelatih Alessandro Stefano Cugurra, atau lebih akrab dengan panggilan Teco, yang hengkang ke Bali United dan digantikan oleh Ivan Kolev yang akhirnya mundur setelah rentetan hasil buruk diawal musim. Julio Banuelos datang menggantikan posisi Ivan Kolev “komandan” Persija dan hanya mampu betahan 3 bulan saja sebelum akhirnya dipecat setelah rentetan hasil negatif yang diperoleh Persija. Edson Tavarez pada akhirnya menjadi “juru selamat” Persija dari ancaman degradasi dan sekaligus sebagai pelatih Persija yang ketiga pada musim yang sama (tidak terhitung pelatih sementara yang sempat dikendalikan oleh Mustakim).
Persija menyambut Liga 1 2020 dengan menunjuk Sergio Farias sebagai juru taktik. Pelatih asal Brazil ini memiliki catatan yang cukup baik khususnya bagi tim Asia. Kampiun Korean League 1, Korean FA Cup, Korean League Cup serta AFC Champions League adalah catatan terbaiknya saat ia menukangi Pohang Steelers di periode 2005-2009, ditambah gelar posisi ketiga FIFA Club World Cup merupakan sebuah garansi bahwa pelatih ini merupakan pelatih yang bisa diharapkan oleh para pendukung Persija. Selain mendatangkan pelatih berkualitas, Persija juga berhasil merekrut pemain-pemain bagus. Bertahannya duo Simic-Riko setidaknya membuat lini depan Persija akan tetap mengancam gawang 17 kontestan lainnya. Persija juga berhasil menggaet mantan pemain Juventus, Marco Motta. Selain itu, masuknya Marc Klok dan Evan Dimas tentu akan membuat lini tengah Persija lebih “ditakuti” lagi. Nama-nama lain seperti Alfath Fathier, Otavio Dutra, dan Oslavdo Haay melengkapi ambisi Persija untuk menjadi kampiun Liga 1 2020.
Cerita lainnya adalah tarik ulur kepindahan Makan Konate dari Arema FC menuju tim rivalnya Persebaya Surabaya. Masuk dipertengahan kompetisi 2018, Makan Konate selama 1,5 musim menjadi andalan Arema FC di lini tengah. Permintaan kenaikan gaji yang tidak disanggupi oleh manajemen Arema FC akhirnya membuatnya pindah ke Persebaya Surabaya di musim 2020. Cerita kedua tim Jawa Timur ini dalam menyambut gelaran Liga 1 2020 bukan hanya Makan Konate saja. Gelaran Piala Gubernur Jatim 2020 juga menghasilkan tragedi yang melibatkan kedua supporter ini. Pertemuan Arema FC dan Persebaya di semifinal Piala Gubernur Jatim (PGJ) merupakan kisah pelik yang harus dihadapi. Arema FC (Stadion Kanjuruhan) yang sedari awal mengajukan dan juga ditunjuk sebagai tuan rumah venue Semifinal dan Final PGJ harus menerima kenyataan berbeda setelah adanya tekanan dari salah satu kelompok supporter yang merasa dirugikan. Panitia PGJ akhirnya memutuskan laga klasik Jawa Timur tersebut dipindahkan ke Stadion Soepriadi, Blitar dan dengan status tanpa penonton. Himbauan tanpa penonton tersebut ternyata tidak menghalangi kedua kelompok supporter untuk berduyun-duyun datang ke Blitar. Keadaan pun memanas setelah kedua kelompok supporter tersebut berada di satu kota yang sama. Pada akhirnya Blitar sempat mencekam dengan adanya pembakaran dan pengerusakan beberapa kendaran bermotor.
Masih banyak lagi cerita-cerita dan harapan-harapan dalam menyongsong Liga 1 2020. Bali United sebagai juara bertahan dan masih mempertahankan Teco sebagai juru taktik, PSS Sleman yang sempat dirundung permasalahan yang melibatkan kelompok supporter fanatiknya, Brigata Curva Sud (BCS) dan juga pelatih Eduaro Perez yang memilih mengundurkan diri hanya 6 hari menjelang Liga dimulai, Madura United yang mencoret rekrutan barunya, Brian Ferrera yang juga hanya 4 hari menjelang kick-off dimulai. Dan dari sekian banyak kisah dan drama menjelang Liga 1 2020 dimulai, siapakah tim yang akan mengakhirinya dengan mengarak trofi Liga 1 2020?
Selamat Datang, Liga 1 2020!
Penulis adalah Aremania
Sumber foto: https://zonabandung.com/