Oleh: M. Hanif Azizi
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam silaturrahim teriring do’a saya sampaikan semoga Cak Agus tetap dalam lindungan Allah SWT dan terus eksis dalam menjalankan aktifitas kesehariannya. Amin.
Selamat pagi, siang, sore dan malam atau selamat tidur untuk Cak Agus, jika anda sempat dan berkenan membaca surat ini bak di pagi, siang, sore dan malam hari, atau jika anda membaca surat ini ketika anda tertidur pulas, saya ucapkan selamat tidur :). Sengaja juga saya membuka paragraf pertama surat ini persis dengan aturan pembuatan surat organisasi tercinta kita, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), supaya dengan mudah Anda mengenali bahwa surat ini dibuat oleh seorang kader PMII yang juga mantan sekretaris di tataran Pengurus Rayon PMII dan sekretaris di salah satu Komisariat PMII. Membuat surat adalah tugas saya.
Oh iya, saya lupa cak untuk memperkenalkan diri saya. Nama saya Muhammad Hanif Azizi, saya merupakan anggota PMII (mengacu ART PMII Pasal 3 Ayat 1 poin (b)) yang baru lulus beberapa waktu lalu dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Saya juga merupakan mantan sekretaris PR. PMII “Perjuangan” Ibnu Aqil (Fakultas Humaniora) 2015-2016 juga sekretaris PK. PMII Sunan Ampel (UIN Maliki) Malang 2017-2018, beberapa waktu lalu juga saya baru saja didemisioner sebagai anggota biro Hubungan Pesantren di PC. PMII Kota Malang 2018-2019. Cukup saya kira perkenalan dari saya ya cak, tak perlu rasanya menjelaskan siapa pacar saya, apa pekerjaan saya, dan atau lain-lainnya. Karena Anda tahu sendiri sebagai aktivis PMII kita selalu tuna asmara, dan bekerja “apa saja bisa”.
Melalui surat ini, saya ingin menyampaikan beberapa kejanggalan dari dalam hati saya kepada Cak Agus, selaku pimpinan tertinggi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Mungkin Anda tahu tentang apa, tapi mungkin juga Anda tidak tahu menahu. Dengan ini, saya ingin menyampaikan kegelisahan saya berkenaan dengan keputusan kontroversial yang diambil oleh PB PMII berkenaan dengan seruan aksi melalui surat PB PMII bernomor 391.PB-XIX.02.147.A-1.09.2019 perihal Instruksi Aksi secara nasional dengan isu KPK yang cenderung tebang pilih.
Jadi begini Cak Agus, menurut saya intruksi yang dilakukan oleh PB PMII terkesan berlebihan dan bahkan “ngaco” dalam konteks ditetapkannya salah satu senior kita Sahabat Imam Nahrowi sebagai tersangka kasus suap dana hibah KONI oleh KPK. Sejujurnya, sebelum hari rabu kemarin ketika KPK melakukan konferensi pers, ada banyak narasi isu Taliban, khilafah dan radikalisme dalam KPK yang berseliweran di beranda media sosial saya. Sebelum kemudian surat edaran PB PMII itu sampai di salah satu WAG PMII yang saya ikuti, saya tak pernah membaca setiap narasi Taliban, Khilafah dan radikalisme di KPK.
Ketika PB PMII mengedarkan surat instruksi tersebut, untuk pertama kalinya saya membaca isu Taliban, Khilafah dan radikalisme dalam KPK. Dan yang saya sayangkan, PB PMII tidak mempunyai alternatif bukti masalah internal dalam KPK tersebut, dan terkesan hanya mengikuti narasi “receh” netizen. PB PMII melalui surat tersebut telah menuduh KPK bahkan tanpa ada bukti sama sekali. Receh sekali ketika saya membaca judul lampiran surat edaran tersebut yang berbunyi “KPK DIPOLITISIR, BERSIHKAN KELOMPOK TALIBAN DI TUBUH KPK” dan pada paragraf pertama juga dinyatakan bahwa “mereka belakangan diduga………”.
Cak Agus, bukankah kader PMII itu adalah Mahasiswa? Yang juga dituntut untuk melakukan pembacaan-pembacaan yang mendalam serta harus disertai bukti-bukti akurat? Dan tidak terjebak dalam sebuah narasi netizen yang mungkin mereka bisa saja adalah buzzer. Saya bingung kepada Anda, Anda menuduh KPK dipolitisir, dan bahkan Anda menuntut membersihkan kelompok Taliban dalam KPK tetapi Anda hanya menduga dan tidak membuktikan adanya kelompok-kelompok yang Anda tuduhkan tersebut. Apa yang Anda lakukan di Jakarta cak? Cuma mainan sosmed aja? Dan dengan gampangnya ketika ada kasus ini, kemudian Anda melegitimasi narasi di media sosial dengan memberikan surat edaran kepada seluruh kader PMII se Indonesia?
Aduh saya bingung cak, apa karena saya kurang lama menjadi kader PMII sehingga saya tak bisa mengejar logika Anda dan kolega-kolega Anda di kepengurusan pusat? Sehingga saya masih belum mengerti maksud Anda dan kolega-kolega Anda tersebut?
Saya mengerti, dan mungkin saya setuju bahwa Cak Imam adalah orang baik, yang dilahirkan dari rahim yang sama di mana kita sekarang berada dalam rahim tersebut. Tapi rasanya terlalu gegabah mencatut PMII dalam rangka dukung mendukung sebuah kasus yang diduga merugikan uang Negara ini. Tidak lebih elokkah jika sahabat-sahabat membantu Cak Imam dengan cara lain selain dengan cara yang Anda gunakan ini? Kita bisa memberikan pendampingan hukum, dengan banyaknya kader-kader PMII yang merupakan mahasiswa hukum. Hal itu lebih membantu Cak Imam daripada Anda membuat kegaduhan dengan menyerukan kader PMII seluruh Indonesia untuk turun jalan.
Saya lebih menerima gerakan #CakImamOrangBaik atau #CakImamBelumBersalah daripada membuat gerakan #KamiBersamaCakImam. Saya mungkin tidak pernah bersinggungan langsung dengan Cak Imam, beda dengan Anda dan kolega-kolega Anda yang saya yakin mempunyai relasi luas ke dalam pemerintahan termasuk menteri-menterinya, apalagi Cak Imam merupakan senior PMII. Saya bisa memahami betapa dilematisnya ketika dihadapkan dalam situasi seperti ini. Sekali lagi, bagi saya PMII tak seharusnya dukung mendukung dalam kasus ini, terlebih argumen Anda sangat lemah hanya berdasarkan narasi-narasi receh di sosial media dan Anda tidak bisa membuktikan tuduhan tersebut.
Terakhir, ada banyak kegaduhan yang saya perhatikan berkenaan dengan surat edaran tersebut. Di tataran akar rumput, saya lihat kader-kader bingung hendak bersikap apa, mau melawan Anda mungkin takut dengan sumpah “Bahwa ketidakpatuhan terhadap pimpinan organisasi adalah suatu bentuk pengkhianatan terhadap organisasi” yang diucapkan ketika setiap kali bai’at. Namun saya juga menemukan gelombang penolakan atas seruan PB PMII dari beberapa cabang-cabang yang telah beredar suratnya. Celakanya lagi, saya menjumpai di beberapa komentar sahabat-sahabat PMII di facebook yang mengatakan bahwa “Salah atau benar, senior harus kita bela”. Tapi apakah demikian Cak Agus? Saya pikir tidak! Karena tri komiten kita masih “Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan” bukan? Atau sudah berganti dengan “Kejujuran, Kesenioran, dan Keadilan?
Yang paling terakhir dari saya, miris melihat bawa kegaduhan yang Anda ciptakan ini telah menambah kebencian mereka yang telah membenci PMII sebelumnya. Saya yakin bahwa perjuangan sahabat-sahabat PMII ditataran akan semakin berat setelah ini untuk mengajak para mahasiswa baru bergabung dengan PMII setelah Anda lemahkan citra PMII sendiri. Mungkin Anda salah seorang yang memahami sebuah ungkapan dari Sahabat Ali bin Abi Thalib yang berbunyi: “Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun, karena mereka yang mencintaimu tidak membutuhkan itu dan yang membencimu tidak akan mempercayai itu”. Tapi tidakkah Anda sadar bahwa PMII butuh penerus dan butuh perjuangan untuk mengajak mahasiswa baru bergabung dengan PMII? Tidakkah Anda memahami realitas dunia maya kita yang simpang siur ini, di mana setiap calon mahasiswa mungkin akan mendengar tentang PMII hari ini, lalu kemudian akan tumbuh kebencian kepada PMII? Oh tidak…. Saya berharap bahwa semua apa yang ada di kepala saya ini tidak benar. Bahwa PMII akan masih terus eksis sampai kapanpun dan akan terus berlanjut jenjang kaderisasinya. Amin
Demikian surat ini saya buat, semoga surat ini dapat Anda baca dan menjadi sebuah perenungan untuk kita semua. Dan sejujurnya saya masih percaya bahwa Cak Imam adalah orang baik, dan selalu terus berharap apa yang didugakan oleh KPK kepada Cak Imam tidak benar. Namun Anda juga harus membuktikan banyak hal berkaitan dengan tuduhan Anda kepada KPK dan saya berdoa bahwa tuduhan Anda terbukti. Amin
Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwaamit Thariq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sumber Foto: https://www.nu.or.id/post/read/88908/tiga-manfaat-bagi-mahasiswa-yang-aktif-di-pmii