Oleh: Winartono
Hemm… konon al-kisah
Gerakan Agency (Gramscian) pada prinsipnya adalah pilihan alternatif, ketika massive/people power yang dimiliki kaum pinggir minoritas yang mayoritas jumlah (assawad al-a’dzom) tak cukup berhasil.
Teori Agency (intelektual organik) nyatanya berhasil di banyak tempat, misalnya keberhasilan Gus Dur, menurut amatan saya di era-era pemlekotoan atas kaum mayoritas (berjasa).
Namun, lanjut masih menurut saya yang sedang dengarkan lagu dangdut ini, GD tak cukup berhasil menggiring arus kader-kader (agen perubahan) pada nuansa/tradisi struktural.
Kita (sobat saya wa alihim wa sohbihim yang yang semoga terus bahagia) meski masih sedikit jumlah, sudah mengisi struktur yang cukup berarti. Mari terus ajeg belajar, saling membelajari satu sama lain. Dan yang tak kalah penting: mari mensyukurinya (setidaknya) dengan memfungsikan “struktur” di mana kita masing-masing berada.
Meski struktural-fungsional sebagai teori sudah lama ditimpali oleh sekian teori, namun di lapangan menurut penulis yang suka ngopi pahit-kenthel ini: tiada teori satu pun yang lebih unggul, yang penting adalah teori/metode/trik apa yang tepat (appropriate) untuk kondisi tertentu.
Dan penting jua kiranya sederet teori tersebut bisa yummy jika dihiasi dengan lirik yang dilantunkan Mbak Nella Karisma (yang sedang saya nikmati di Bus ini): “Sepet ning pinggir embong, kalah cepet disaut uwong”.
Teori atau pun lagu saya kira perlu lebih dinikmati dan diresapi saja dari pada diadu (teori/lagu) mana yang terunggul. Semua bisa baik di kondisi/posisi tertentu. Sebaliknya, semua juga bisa “amburadul” tak fungsional di kondisi/posisi tertentu.
Coba saja: lagu “ajeb-ajeb” disasarkan ke telinga tetangga kita yang sudah dua hari belum makan. Atau lagu “ditutupi anjang-anjang” distel di acara resepsi pernikahan. Atau kalau mau mencoba nekat: lagu “Toxicity”nya System of A Down pas acara PHBI atau acara Haul misalnya. Demikian juga, menurut saya seombyok teori, metode atau trik.
Bukan kah sudah banyak bukti bahwa kalau sudah “jodoh” apapun bisa terjadi: sing lanang ganteng, wadon e kurang sedap dipandang; sing cewek “aduhai” lanang e mempesona (kaya sing nulis iki)😛
Merdeka !!!!🙂
Salam Woles untuk Indonesia, dari dalam Bus Aneka Jaya, yang sedang melintasi Grindulu yang menyiratkan nyanyian lampau.
Penulis adalah Pengasuh-Penggerak Gubuk Shalawat Malang, Sekretaris ISNU & LAKPESDAM NU Kota Malang.
Sumber Foto: https://paragram.id/selebritis/momen-bahagia-nella-kharisma-di-wisuda-4467