Bahasa Daerah dalam Ancaman Kepunahan?

Oleh: Atmo Tan Sidik

KH. Soleh Darat yang merupakan guru dari para Ulama dan pahlawan nasional, guru dari antara lain (KH. Hasyim Asya’ri pendiri NU, dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan pejuang perempuan ibu kita R.A Kartini) ternyata memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan bahasa Jawa pesisiran yang diistilahkan sebagai Al Lughah Al Jawiyyah Al Merikiyyah, Bahasa Jawa Setempat. Dalam kitabnya Majmu’ah As-Syari’ah Al Khafiyatulil ‘Awam. Menulis “kerono arah supoyo pahamo wong-wong amsal ingsun awam kang ora ngerti boso arab muga-muga dadi manfaat bisa nglakonin kabeh kang sinebut ing njerone iki tarjamah…” beliau memiliki semboyan berjihad di jalur ilmiah melalui upaya menerjemah. Dengan cara seperti itu diharapkan karya-karya para ulama dapat dipahami oleh awam, sebagaimana sabda Rasulullah khotibunnas bii qodri uqqullihim “jika kalian berbicara hendaknya memperhatikan kapasitas intelektual audiens, atau mustamiin”. Demikian pula yang dilakukan oleh KH. Muhammad Kholil Bangkalan ketika kedatangan tamu dari etnis Tionghoa Koh Bun Fat yang meminta didoakan untuk menjadi pengusaha yang kaya raya. Mbah Kholil melantunkan doa dalam bahasa daerah yang kira-kira Koh Bun Fat faham. Karena itu ketika memberikan suwuk (sembur) sambil memegangi kepala Koh Bun Fat meluncur rangkaian doa “saatu lisanatan. Howang-hawing, howang-hawing pak uwang huwang nuwang. Tur kecetur salang kecetur. sugih…sugih…sugih”. Demikian pula KH. Abdul Wahab Hasbullah dalam buku Tambak Beras Menelisik Sejarah Memetik Uswah halaman 278-279 memberi ijazah selain ayat kursi, surat At-Taubah ayat 128  serta Al-Fil juga memberi doa dalam bahasa jawa “ allahumma yen pancen ora masa iya” Yen pancen iya masa ora” bahkan doa tersebut juga dilantunkan saat dimalam-malam ijabah di makkatul mukarrommah.

Saat ini, selayaknya kita bersyukur karena ruang untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah semakin luas. munculnya UU no 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, munculnya UU RI No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah utamanya pada pasal 31 huruf (f) bahwa dalam pelaksanaan disentralisasi dilakukan penataan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing nasional dan daya saing daerah dan memilihara keunikan adat istiadat, tradisi dan budaya daerah. Hal yang sama juga dalam UU RI No. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa Dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan pada pasal 42 ayat (1) “ Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina dan melindungi bahasa dan sastra daerah dalam kehidupan bermasyarakaat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian kekayaan budaya Indonesia”. Merespon peluang seperti itulah beberapa daerah secara kreatif menerbitkan, mendokumentasikan serta memberikan penghargaan kepada para penulis berbahasa daerah dalam kesempatan bersilaturrahim 24 Desember tahun lalu kebetulan saya di beri hadiah oleh novelis ronggeng Dukuh Paruk kang Ahmad Tohari di Jati Lawang Banyumas beliau memberi Al-Qur’an terjemahan bahasa Jawa Banyumasan yang diterbitkan oleh Puslitbang Lektur dan Khasanah Keagamaan Kemenag yang berkerja sama dengan IAIN Purwokerto, terasa segar ketika Al-Qur’an setebal 885 halaman pada surat Al-Asr kita jumpai terjemahan dalam bahasa Banyumasan “Kanthi Nyebut Asmane Gusti Allah sing Mahawelas Mahaasih (1) Sekawit Mangsa (2) Temen menungsa ana ing sejerone kepitunan (3) Kejaba wong-wong sing padha percaya lan nglakoni kebecikan lan padha weling-weling an temuju maring bebener lan padha weling-welingan temuju maring kesabaran”.

Memang memuliakan bahasa daerah termasuk bahasa Jawa adalah merupakan perintah Allah sebutlah misalnya di dalam Al-Qur’an tafsir Al-Ibriz yang penulis juga diberi hadiah dari Ki Enthus Susmono tanggal 1 Maret tahun lalu. Dalam surat Ibrahim ayat 4 “Wa maa Arsalna mir rasuulin ilaa bi lisaani qaummihii li yubayyina lahum” yang artinya ( kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya supaya dia menerangkan kepada mereka dalam tafsir  Al-Ibriz  terjemahnya berbunyi “ Ingsun Allah ora ngutus utusan kejaba kelawan nganggo bahasane bangsane supaya utusan mau bisa ngertekake marang bangsane”.

Bahasa daerah semakin disadari keberadaanya nyaris punah dari penguasaan dan pemuliaan oleh generasi muda milenial, oleh karena itu semua pihak harus mengambil langkah-langkah antisipasi, apalagi ketika persoalan pembinaan karakter bangsa sedang kita upayakan pelembagaannya. Kita menyadari bahwa banyak local wisdom, kearifan lokal yang termuat di dalam bahasa daerah. Beberapa pitutur, yang dirangkai dan diwasiatkan oleh para sesepuh kadang lebih menggetarkan, karena rangkaian aksara itu dibangun oleh pera ulama tokoh masyarakat, setelah melalui pergulatan spiritual bahkan terkadang sebelum menulis beliau lebih dahulu melakukan shalat tahajud atau shalat-shalat sunnah lainnya dan perilaku riyadhah sehingga mengalirkan kalimat yang berenergi dan bergizi, tentu merupakan kewajiban kita semua untuk melestarikan dan mengembangkan agar bahasa daerah tidak punah.

Oleh karena itu dalam kesempatan musyawarah kerja pengurus cabang Nahdlatul Ulama di Guci Indah 16-17 Februari 2019 sempat kami lontarkan gagasan untuk menerjemahkan kitab Al-Barzanzi dalam bahasa Tegalan, dikandung maksud agar masyarakat dapat memuliakan bahasa daerah. tampilnya film Turah, di mana almarhum Slamet Ambari berperan sebagai Jadag. yang mendapat penghargaan gemilang di level Internasioanal, merupakan momen strategis untuk berfikir ulang bahwa bahasa daerah dapat menggerakan semangat belajar. saat ini semakin ada perhatian pemerintah daerah melalui Dinas Kearsipan untuk membeli karya para penulis Bahasa Tegalan.

Agar tidak punah selayaknya dalam era digital di medsos perlu lebih diaktifkan, Gus Nur Muktiadi mengatakan saya salut ada mini sinetron bahasa Tegalan, lawak bahasa Tegalan di Youtube, itu juga yang dilakukan kalangan Seruling Emas (Seruan Eling Banyumas) penuhi medsos kita dengan basa tegalan Insya Allah dalam tahapan yang minimal bahasa daerah tidak segera punah.

Penulis adalah Budayawan, dan Ketua Lesbumi Kota Tegal.

Sumber Foto: http://rilis.id/Miris-Ini-11-Bahasa-Daerah-yang-Ditemukan-Punah

redaksipetjut

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top