Oleh: Abdullah Wong Mari sejenak kita ngobrol sesuatu yang tidak penting. Karena selama ini kita sudah terlalu sering ngobrol yang penting-penting, sehingga lelah karena ngobrolin hal-hal yang sangat penting, atau cukup penting. Kita sudah melupakan sesuatu yang kurang penting, apalagi…
Month: June 2019
Oleh: Abdullah Wong Saya tidak tahu persis bagaimana redaksi hadis yang menyebutkan bahwa sebaik-baik tempat di muka bumi adalah masjid, sedangkan seburuk-buruk tempat adalah pasar. Tanpa bermaksud meragukan otentisitas hadis tersebut—apalagi saya jelas-jelas bukan pakar hadis—saya hanya merasa penasaran terhadap…
Oleh: Hasan Bendrat Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 agustus 1945. Sehari kemudian terbentuklah Negara Republik Indonesia dengan Soekarno sebagai presiden pertamanya. Dilansir situs merdeka.com pada 16 juni 2012, ketika Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Soekarno sebagai Presiden itu…
Oleh: Dika Sri Pandanari Buku Sarinah disusun oleh Soekarno pada tahun 1947 untuk mengkaji peran perempuan dalam perjuangan Republik Indonesia. Perjuangan yang dimaksud tidak hanya pada tahap revolusi memperjuangankan kemerdekaan namun juga dalam revolusi pembangunan bangsa. Dalam “Kursus Perempuan” yang…
Oleh: V. Kirjito Sekitar pukul tujuh pagi waktu Indonesia timur. Garuda mendarat di bendara Nabire. Aspal bandara tampak basah. Di sana sini ada genangan air. Untuk pertama kalinya, saya menapakkan kaki di daratan Papua. Hati berdebar, mencari Romo Yan Dou…
Oleh: Aji Prasetyo Suatu kali saya ngobrol santai seputar isu politik-sosial dengan kawan Malaysia. Dia yang juga sesama aktivis HAM mengeluhkan tentang Malaysia yang sampai sekarang masih dipimpin dengan gaya diktator. Kartunis yang berani mengkritik praktik korupsi sang perdana menteri…
Oleh: Fathul H. Panatapraja Mewaktu Aku telah kembalike batas rindu yang menyeret waktuke utas rasa yang memburudan menemukan aku pada masa yang lain Senarai nama telah kuingatSekuntum riwayat telah kulihatMungkin aku telah terlambatMenyadari waktu yang terus merambat Desa adalah kepulangan…
Oleh: R.H. Authonul Muther Makna divonis mati oleh puisi-puisi Malna. Buku tipis 25 halaman berjudul Abad yang Berlari, Malna menyajikan puisi-puisinya yang gelap, bahkan tak terpahamkan sama sekali. Ketika membacanya, puisi ini semacam sengkarut huruf, sengkarut tanda Bahasa yang tak…